Simak Wawancara dgn Eggi Sudjana Ketua Bidang PolKam Opus Supremus Licio Gelli, seorang bankir Italia, sahabat tokoh bankir Italia pemilik dan pemimpin tertinggi 'Banco Ambrosiano,' Roberta Calvi, pada tahun 1963 bergabung ke dalam satu Loji Mason Konvensional (sejenis Lions Club atau Rotary Club) pimpinan Giodano Gamberini. Pada tahun-tahun berikutnya, ia mendapat mandat dari Gamberini untuk membentuk satuan tugas guna merekrut orang-orang penting di Italia, dan bahkan akhirnya juga di luar Italia hingga ke negara-negara Amerika Latin.
Maka, berdirilah sebuah organisasi bernama 'P2 Freemason’, yaitu LSM rahasia yang juga dikenal sebagai 'Raggruppamento Gelli'. Sebagaimana yang direncanakan, LSM ini bertugas mencari tokoh-tokoh nasional dan internasional untuk menjadi anggota Freemason.
Sungguh luar biasa, ketika Kardinal Albino Luciani terpilih dalam Sidang Konklave sebagai Paus –yang kemudian memilih nama kepausan Johannes Paulus I – telah terdaftar lebih dari 100 Kardinal, Uskup, dan Pastor Katholik Roma menjadi anggota 'P2Freemason.' Kenapa luar biasa?
Sejak berabad-abad sebelumnya, hukum Gereja 'Codex luris Canonici' yang berlaku di Vatikan menyatakan, bahwa "siapa pun anggota Gereja Katholik Roma yang menjadi anggota Freemason, tanpa kecuali, akan dikucilkan oleh Gereja". Dapat dibayangkan, betapa terkejut dan sedihnya Paus Johannes Paulus I membaca sebuah dokumen yang berisi 121 nama anggota 'P2 Freemason' yang sebagian besar adalah petinggi-petinggi Gereja Katholik Roma. Lalu, siapa sajakah mereka?
Mari kita cermati beberapa tokoh Vatikan yang menjadi anggota 'P2 Freemason' dalam daftar yang dibaca oleh Paus Johannes Paulus I. Pertama adalah Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Villot; lalu Menteri Luar Negeri Vatikan, Mgr.Agostini Casaroli; kemudian Wakil Uskup Agung Roma, Mgr. Ugo Peletti; Direktur Utama Bank Vatikan, Mgr. Paul Marcinkus; Kardinal Baggio; Mgr. Donate de Bonis, dan lain-lain.
Kardinal Villot tercatat sebagai anggota Freemason dengan nama Masonik Jeanni pada sebuah loji di Zurich, tanggal 6 Agustus 1966, dengan Nomor Loji 04/3. Bahkan, Kardinal Baggio telah menjadi anggota Freemason jauh-jauh hari sebelum Villot, yaitu tanggal 14 Agustus 1957, dengan Nomor Loji 35/2640. Tak terkecuali, mantan Sekretaris Paus Paulus VI, Mgr. Pasquale Macchi, tercantum juga dalam daftar itu.
Apa relevansinya kita mengungkap hal itu? Perlu kita ketahui bersama, pada tahun 1984, enam tahun setelah kematian Paus Johannes Paulus I yang dianggap media massa dan masyarakat Eropa sebagai ‘kematian misterius’, David Yallop menerbitkan hasil investigasinya selama tiga tahun menelusuri kematian misterius tersebut. Kesimpulannya adalah, “Paus Johannes Paulus I meninggal karena dibunuh menggunakan racun, dan yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut adalah ‘P2 Freemason’. Nama-nama tersangkanya adalah Mgr. Paul Marcinkus, Kardinal Villot, Calvi, Sindona, Kardinal Cody, dan Licio Gelli –yang semuanya adalah anggota ‘P2 Freemason’ dan sebagiannya ‘orang dalam’ Gereja Vatikan.”
Opus Supremus, Apa Itu?
Opus Supremus adalah sebuah LSM berbentuk yayasan yang didirikan oleh beberapa orang asing bersama beberapa orang Indonesia mantan perwira TNI/Polri, ahli hukum, ulama, aktivis organisasi, dan lain-lain. Yayasan yang didirikan di Jakarta ini dibuat di hadapan Notaris Mieske Soeryanto, SH, dengan Nomor Akta 10, pada tanggal 22 Agustus 2001. Didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor 250/yay/akm/2001.
Ketua Opus Supremus adalah seorang pengusaha perbankan yang bermarkas di Hong Kong, bernama Stanislav Ivanov Velinov. Ia juga mengaku sebagai agen eksklusif pabrik senjata api di China.
Selain Velinov, pendiri lainnya adalah Brigjen (Purn.) Mr. TNI-AL Soegiharto RGM, yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas; Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi, yang menjabat Kepala Intelijen; dan mantan perwira Korps Marinir TNI-AL Suyono MK, sebagai Sekretaris Jenderal. Pengurus lainnya adalah Wawas Arles, sebagai Kepala Humas, dan Eggi Sudjana sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan.
Opus Supremus adalah istilah bahasa Latin, yang diterjemahkan sebagai Supreme Work atau Karya Terbaik atau Amal Soleh.
Opus Supremus dimaksudkan untuk tampil sebagai sebuah LSM anti-terorism, anti-korupsi, dan anti-pencucian uang. Sungguh tujuan mulia, apalagi Opus Supremus bertekad akan menyeret koruptor-koruptor yang lolos dari jerat hukum Indonesia ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Negeri Belanda.
Logo Opus Supremus sangat mirip dengan logo tradisional Freemasonry, yang dicirikan oleh adanya gambar jangka dengan kaki terbuka dan sebilah mistar siku yang terbuka ke atas, serta lazimnya tertera huruf G di antara dua kaki jangka di atas mistar siku.
Improvisasinya dapat berbagai ragam, antara lain mengganti huruf G dengan segitiga atau piramida (yang merupakan lambang Illuminati) dengan gambar mata satu (yang merupakan lambang Lucifer). Ada juga yang menambahkan sinar matahari seperti halnya pada gambar logo di atas, yang juga melambangkan Lucifer.
Jadi, tak dapat disangkal, bahwa logo Opus Supremus sebenarnya adalah lambang Freemasonry. Bandingkan logos Opus Supremus ini dengan berbagai pola dan improvisasi lambang Freemasonry. Tidak berbeda bukan?
Apakah ini merupakan pertanda lahirnya Loji Freemason Indonesia (Indonesian Freemason Lodge) secara terang-terangan?
1. Lambang Freemasonry klasik yang pertama kali dipakai, berupa tiga pilar.
2. Lambang Freemasonry tradisional dengan berbagai improvisasinya, yang tidak berbeda dari logo Opus Dupremus.
3. Berbagai modifikasi dan improvisasi lambang Freemasonry.
4. Lambang berbagai Loji Masonik (Masonic Lodge) Amerika Serikat.
5. Lambang Freemason beserta mata satu sebagai lambang Lucifer (Dajjal).
6. Lambang Freemason juga dipakai sebagai ornamen pada bross (pin) dan gesper ikat pinggang, yang juga banyak beredar di pasaran aksesoris Indonesia.
Terdapat kemiripan pola dasar dan hubungan struktural antara disains sisi depan (Burung Garuda) dan disains sisi belakang (Piramida Illuminati) The Great Seal dengan lambang tradisional Freemason (Jangka dan Mistar Siku). Anagram ini membentuk bidang segienam (heksagonal) terdiri atas dua segitiga (satu segitiga tegak dan satu segitiga terbalik). Apabila sudut-sudut setiap segitiga dihubungkan, maka terbentuk Bintang Segienam atau Bintang Daud (Star of David), seperti ketigabelas bintang yang terdapat tepat di atas kepala Burung Garuda The Great Seal, yang merupakan lambang identitas Yahudi. Bukankah The Great Seal benar-benar suatu karya disains cerdas dan spektakuler?
Pada sebuah wawancara dengan harian Kompas hari Jum'at, 18 Januari 2002, Velinov mengatakan, "Kami tengah mengumpulkan data yang berkaitan dengan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Kami tidak ingin setengah-setengah, makanya harus disiapkan betul-betul sebelum kami ajukan ke Mahkamah International. Sebab, tanpa didukung bukti-bukti yang lengkap dan akurat, akan sia-sia saja."
Namun, hingga tahun 2005 ini, Opus Supremus tampaknya belum mendapatkan data yang akurat tentang kasus-kasus korupsi di Indonesia, sehingga belum ada koruptor yang diajukan ke Mahkamah Internasional.
Mengapa Kita Perlu Waspada?
Selama tiga tahun terakhir sejak didirikan, tidak satu pun kiprah Opus Supremus muncul ke permukaan, baik dalam hal penanggulangan terorisme, pemberantasan korupsi, maupun pencegahan pencucian uang.
Tanggal 22 Agustus 2001 Opus Supremus berdiri dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai sebuah LSM yang bergerak di bidang penanggulangan terorisme.
Tak lebih dari tiga minggu kemudian, tanggal 11 September 2001, Twin Tower WTC New York luluh-lantak ditabrak dua pesawat terbang penumpang dan sebuah sudut gedung Pentagon pun hancur ditabrak pesawat terbang serupa; yang ujung-ujungnya mengambinghitamkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan mengorbankan rakyat dan negara Afghanistan. Sungguh penciuman yang sangat tajam, para pendiri Opus Supremus mampu mengendus bahwa terorisme akan menjadi topik hangat setelah berdirinya Opus Supremus.
Masyarakat dunia pun, termasuk Indonesia, mengamini rumor yang dilontarkan oleh George Bush itu. Sayang sekali, Opus Supremus ternyata hanya seekor macan ompong, meskipun memiliki struktur Bidang Intelijen pimpinan Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi. Sebagai LSM internasional anti-teror-isme, sebelum peristiwa tabrakan itu, seharusnya Opus Supremus mampu mengobok-obok tiga server komputer dari 13 server utama yang ada di WTC New York, yang menyimpan data tentang megaskandal penggelapan pajak, yang harus dihancurkan oleh pemiliknya.
Setahun kemudian, bom berkekuatan besar meluluhtantakkan Bali, dan setahun kemudian sebuah bom juga menggoncang Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta, menyusul ledakan bom lainnya di Hotel JW Marriott di kawasan yang sama pula. Lalu, apa yang telah diperbuat oleh Opus Supremus?
Hal lain yang perlu dicermati adalah kontradiksi yang menyelimuti tokoh utamanya, Stanislav Ivanov Velinov. Ia mendirikan sebuah LSM anti-kekerasan dan anti-terorisme, sementara bisnis yang digelutinya selama belasan tahun adalah perdagangan senjata api. Artinya, selama ini ia hidup dari kekerasan, yang sekarang ingin ia jinakkan melalui Opus Supremus.
Yang penting untuk diwaspadai adalah logo Opus Supremus, yang terdiri atas sebuah jangka dengan kaki teruka dan sebilah mistar siku menghadap ke atas. Ini adalah pola dasar lambang tradisional Freemasonry. Selain itu, pada logo Opus Supremus juga terlukis sebuah segitiga atau puncak piramida dengan gambar mata satu, dan kepala jangka memancarkan sinar matahari. Atribut-atribut ini adalah lambang Lucifer atau Illuminati, seperti lukisan yang tertera pada sisi belakang Lambang Negara Amerika Serikat, The Great Seal (yang juga terlukis pada lembar uang kertas pecahan Satu Dolar Amerika Serikat.
Ini merupakan hal yang sangat luar biasa, bahwa Stanislav Ivanov Velinov dan kawan-kawan Indonesia-nya berani secara terang-terangan menampilkan lambang tradisional Freemasonry dan Lucifer atau Illuminati sebagai logo Opus Supremus.
Tahukah Anda, apa dan siapa Freemasonry itu? Freemasonry adalah sebuah kelompok sangat eksklusif yang telah berkiprah selama ribuan tahun, yang kini sepenuhnya di bawah kendali Kaum Yahudi penganut Kitab Talmud (Talmudian Jewish) yang mem-binatang-kan kaum selain keturunan ras Yahudi (mereka menyebut Goyim atau Gentile bagi manusia bukan keturunan ras Yahudi.
Setelah mencermati hal-hal tersebut di muka, “Apakah –dengan demikian– Opus Supremus ini sebuah Loji Freemason Indonesia yang dideklarasikan secara terang-terangan?”
Kalau jawaban atas pertanyaan itu adalah 'Ya', maka kita harus ekstra waspada, karena ini berarti penyusupan Freemason, yang berarti juga penyusupan Zionisme Internasional secara terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling.
****
sumber: http://www.lintasberita.com/go/785465
Maka, berdirilah sebuah organisasi bernama 'P2 Freemason’, yaitu LSM rahasia yang juga dikenal sebagai 'Raggruppamento Gelli'. Sebagaimana yang direncanakan, LSM ini bertugas mencari tokoh-tokoh nasional dan internasional untuk menjadi anggota Freemason.
Sungguh luar biasa, ketika Kardinal Albino Luciani terpilih dalam Sidang Konklave sebagai Paus –yang kemudian memilih nama kepausan Johannes Paulus I – telah terdaftar lebih dari 100 Kardinal, Uskup, dan Pastor Katholik Roma menjadi anggota 'P2Freemason.' Kenapa luar biasa?
Sejak berabad-abad sebelumnya, hukum Gereja 'Codex luris Canonici' yang berlaku di Vatikan menyatakan, bahwa "siapa pun anggota Gereja Katholik Roma yang menjadi anggota Freemason, tanpa kecuali, akan dikucilkan oleh Gereja". Dapat dibayangkan, betapa terkejut dan sedihnya Paus Johannes Paulus I membaca sebuah dokumen yang berisi 121 nama anggota 'P2 Freemason' yang sebagian besar adalah petinggi-petinggi Gereja Katholik Roma. Lalu, siapa sajakah mereka?
Mari kita cermati beberapa tokoh Vatikan yang menjadi anggota 'P2 Freemason' dalam daftar yang dibaca oleh Paus Johannes Paulus I. Pertama adalah Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Villot; lalu Menteri Luar Negeri Vatikan, Mgr.Agostini Casaroli; kemudian Wakil Uskup Agung Roma, Mgr. Ugo Peletti; Direktur Utama Bank Vatikan, Mgr. Paul Marcinkus; Kardinal Baggio; Mgr. Donate de Bonis, dan lain-lain.
Kardinal Villot tercatat sebagai anggota Freemason dengan nama Masonik Jeanni pada sebuah loji di Zurich, tanggal 6 Agustus 1966, dengan Nomor Loji 04/3. Bahkan, Kardinal Baggio telah menjadi anggota Freemason jauh-jauh hari sebelum Villot, yaitu tanggal 14 Agustus 1957, dengan Nomor Loji 35/2640. Tak terkecuali, mantan Sekretaris Paus Paulus VI, Mgr. Pasquale Macchi, tercantum juga dalam daftar itu.
Apa relevansinya kita mengungkap hal itu? Perlu kita ketahui bersama, pada tahun 1984, enam tahun setelah kematian Paus Johannes Paulus I yang dianggap media massa dan masyarakat Eropa sebagai ‘kematian misterius’, David Yallop menerbitkan hasil investigasinya selama tiga tahun menelusuri kematian misterius tersebut. Kesimpulannya adalah, “Paus Johannes Paulus I meninggal karena dibunuh menggunakan racun, dan yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut adalah ‘P2 Freemason’. Nama-nama tersangkanya adalah Mgr. Paul Marcinkus, Kardinal Villot, Calvi, Sindona, Kardinal Cody, dan Licio Gelli –yang semuanya adalah anggota ‘P2 Freemason’ dan sebagiannya ‘orang dalam’ Gereja Vatikan.”
Opus Supremus, Apa Itu?
Opus Supremus adalah sebuah LSM berbentuk yayasan yang didirikan oleh beberapa orang asing bersama beberapa orang Indonesia mantan perwira TNI/Polri, ahli hukum, ulama, aktivis organisasi, dan lain-lain. Yayasan yang didirikan di Jakarta ini dibuat di hadapan Notaris Mieske Soeryanto, SH, dengan Nomor Akta 10, pada tanggal 22 Agustus 2001. Didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor 250/yay/akm/2001.
Ketua Opus Supremus adalah seorang pengusaha perbankan yang bermarkas di Hong Kong, bernama Stanislav Ivanov Velinov. Ia juga mengaku sebagai agen eksklusif pabrik senjata api di China.
Selain Velinov, pendiri lainnya adalah Brigjen (Purn.) Mr. TNI-AL Soegiharto RGM, yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas; Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi, yang menjabat Kepala Intelijen; dan mantan perwira Korps Marinir TNI-AL Suyono MK, sebagai Sekretaris Jenderal. Pengurus lainnya adalah Wawas Arles, sebagai Kepala Humas, dan Eggi Sudjana sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan.
Opus Supremus adalah istilah bahasa Latin, yang diterjemahkan sebagai Supreme Work atau Karya Terbaik atau Amal Soleh.
Opus Supremus dimaksudkan untuk tampil sebagai sebuah LSM anti-terorism, anti-korupsi, dan anti-pencucian uang. Sungguh tujuan mulia, apalagi Opus Supremus bertekad akan menyeret koruptor-koruptor yang lolos dari jerat hukum Indonesia ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Negeri Belanda.
Logo Opus Supremus sangat mirip dengan logo tradisional Freemasonry, yang dicirikan oleh adanya gambar jangka dengan kaki terbuka dan sebilah mistar siku yang terbuka ke atas, serta lazimnya tertera huruf G di antara dua kaki jangka di atas mistar siku.
Improvisasinya dapat berbagai ragam, antara lain mengganti huruf G dengan segitiga atau piramida (yang merupakan lambang Illuminati) dengan gambar mata satu (yang merupakan lambang Lucifer). Ada juga yang menambahkan sinar matahari seperti halnya pada gambar logo di atas, yang juga melambangkan Lucifer.
Jadi, tak dapat disangkal, bahwa logo Opus Supremus sebenarnya adalah lambang Freemasonry. Bandingkan logos Opus Supremus ini dengan berbagai pola dan improvisasi lambang Freemasonry. Tidak berbeda bukan?
Apakah ini merupakan pertanda lahirnya Loji Freemason Indonesia (Indonesian Freemason Lodge) secara terang-terangan?
1. Lambang Freemasonry klasik yang pertama kali dipakai, berupa tiga pilar.
2. Lambang Freemasonry tradisional dengan berbagai improvisasinya, yang tidak berbeda dari logo Opus Dupremus.
3. Berbagai modifikasi dan improvisasi lambang Freemasonry.
4. Lambang berbagai Loji Masonik (Masonic Lodge) Amerika Serikat.
5. Lambang Freemason beserta mata satu sebagai lambang Lucifer (Dajjal).
6. Lambang Freemason juga dipakai sebagai ornamen pada bross (pin) dan gesper ikat pinggang, yang juga banyak beredar di pasaran aksesoris Indonesia.
Terdapat kemiripan pola dasar dan hubungan struktural antara disains sisi depan (Burung Garuda) dan disains sisi belakang (Piramida Illuminati) The Great Seal dengan lambang tradisional Freemason (Jangka dan Mistar Siku). Anagram ini membentuk bidang segienam (heksagonal) terdiri atas dua segitiga (satu segitiga tegak dan satu segitiga terbalik). Apabila sudut-sudut setiap segitiga dihubungkan, maka terbentuk Bintang Segienam atau Bintang Daud (Star of David), seperti ketigabelas bintang yang terdapat tepat di atas kepala Burung Garuda The Great Seal, yang merupakan lambang identitas Yahudi. Bukankah The Great Seal benar-benar suatu karya disains cerdas dan spektakuler?
Pada sebuah wawancara dengan harian Kompas hari Jum'at, 18 Januari 2002, Velinov mengatakan, "Kami tengah mengumpulkan data yang berkaitan dengan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Kami tidak ingin setengah-setengah, makanya harus disiapkan betul-betul sebelum kami ajukan ke Mahkamah International. Sebab, tanpa didukung bukti-bukti yang lengkap dan akurat, akan sia-sia saja."
Namun, hingga tahun 2005 ini, Opus Supremus tampaknya belum mendapatkan data yang akurat tentang kasus-kasus korupsi di Indonesia, sehingga belum ada koruptor yang diajukan ke Mahkamah Internasional.
Mengapa Kita Perlu Waspada?
Selama tiga tahun terakhir sejak didirikan, tidak satu pun kiprah Opus Supremus muncul ke permukaan, baik dalam hal penanggulangan terorisme, pemberantasan korupsi, maupun pencegahan pencucian uang.
Tanggal 22 Agustus 2001 Opus Supremus berdiri dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai sebuah LSM yang bergerak di bidang penanggulangan terorisme.
Tak lebih dari tiga minggu kemudian, tanggal 11 September 2001, Twin Tower WTC New York luluh-lantak ditabrak dua pesawat terbang penumpang dan sebuah sudut gedung Pentagon pun hancur ditabrak pesawat terbang serupa; yang ujung-ujungnya mengambinghitamkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan mengorbankan rakyat dan negara Afghanistan. Sungguh penciuman yang sangat tajam, para pendiri Opus Supremus mampu mengendus bahwa terorisme akan menjadi topik hangat setelah berdirinya Opus Supremus.
Masyarakat dunia pun, termasuk Indonesia, mengamini rumor yang dilontarkan oleh George Bush itu. Sayang sekali, Opus Supremus ternyata hanya seekor macan ompong, meskipun memiliki struktur Bidang Intelijen pimpinan Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi. Sebagai LSM internasional anti-teror-isme, sebelum peristiwa tabrakan itu, seharusnya Opus Supremus mampu mengobok-obok tiga server komputer dari 13 server utama yang ada di WTC New York, yang menyimpan data tentang megaskandal penggelapan pajak, yang harus dihancurkan oleh pemiliknya.
Setahun kemudian, bom berkekuatan besar meluluhtantakkan Bali, dan setahun kemudian sebuah bom juga menggoncang Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta, menyusul ledakan bom lainnya di Hotel JW Marriott di kawasan yang sama pula. Lalu, apa yang telah diperbuat oleh Opus Supremus?
Hal lain yang perlu dicermati adalah kontradiksi yang menyelimuti tokoh utamanya, Stanislav Ivanov Velinov. Ia mendirikan sebuah LSM anti-kekerasan dan anti-terorisme, sementara bisnis yang digelutinya selama belasan tahun adalah perdagangan senjata api. Artinya, selama ini ia hidup dari kekerasan, yang sekarang ingin ia jinakkan melalui Opus Supremus.
Yang penting untuk diwaspadai adalah logo Opus Supremus, yang terdiri atas sebuah jangka dengan kaki teruka dan sebilah mistar siku menghadap ke atas. Ini adalah pola dasar lambang tradisional Freemasonry. Selain itu, pada logo Opus Supremus juga terlukis sebuah segitiga atau puncak piramida dengan gambar mata satu, dan kepala jangka memancarkan sinar matahari. Atribut-atribut ini adalah lambang Lucifer atau Illuminati, seperti lukisan yang tertera pada sisi belakang Lambang Negara Amerika Serikat, The Great Seal (yang juga terlukis pada lembar uang kertas pecahan Satu Dolar Amerika Serikat.
Ini merupakan hal yang sangat luar biasa, bahwa Stanislav Ivanov Velinov dan kawan-kawan Indonesia-nya berani secara terang-terangan menampilkan lambang tradisional Freemasonry dan Lucifer atau Illuminati sebagai logo Opus Supremus.
Tahukah Anda, apa dan siapa Freemasonry itu? Freemasonry adalah sebuah kelompok sangat eksklusif yang telah berkiprah selama ribuan tahun, yang kini sepenuhnya di bawah kendali Kaum Yahudi penganut Kitab Talmud (Talmudian Jewish) yang mem-binatang-kan kaum selain keturunan ras Yahudi (mereka menyebut Goyim atau Gentile bagi manusia bukan keturunan ras Yahudi.
Setelah mencermati hal-hal tersebut di muka, “Apakah –dengan demikian– Opus Supremus ini sebuah Loji Freemason Indonesia yang dideklarasikan secara terang-terangan?”
Kalau jawaban atas pertanyaan itu adalah 'Ya', maka kita harus ekstra waspada, karena ini berarti penyusupan Freemason, yang berarti juga penyusupan Zionisme Internasional secara terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling.
****
sumber: http://www.lintasberita.com/go/785465